Ada dua kata yang terlintas ketika
mendengar konvergensi media yakni tentang teknologi dan komunikasi. Banyak
orang menyebut era ini sebagai era konvergensi media, hal tersebut merujuk pada
perkembangan teknologi komunikasi digital yang ada, khususnya internet.
Perkembangan teknologi komunikasi digital dewasa ini telah menjadi salah satu
fokus penelitian para pakar komunikasi karena merubah pola komunikasi linier
yang ada. Ia telah berdampak juga terhadap produksi pesan, pengelolaan konten,
dan distribusi pesan melalui digitalisasi.
Konvergensi media
adalah penggabungan atau pengintegrasian media-media yang ada untuk digunakan
dan diarahkan kedalam satu titik tujuan. Konvergensi media biasanya merujuk
pada perkembangan teknologi komunikasi digital yang
dimungkinkan dengan adanya konvergensi jaringan.
Beberapa peneliti mencoba
mendefinisikan istilah konvergensi, namun diantara mereka tidak disepakati
definisi tunggal tentang apa itu yang dinamakan konvergensi. Kutipan Justice
Potter Stewart dalam buku Understanding Media Convergence; The State of the
Field (2009) mengatakan “I can’t define it, but I know it when I see it”,
Sedangkan Jim Carrol dalam buku yang sama menjelaskan istilah konvergensi
dengan perumpamaan teenage sex sebagai berikut;
a)
Tidak ada yang tahu apa itu tetapi berpikir bahwa itu adalah hal hebat,
b)
Semua orang berpikir bahwa setiap orang melakukan itu,
c)
Mereka yang berkata bahwa mereka melakukan itu mungkin saja berbohong,
d)
Sedikit orang yang melakukan itu tidak melakukan itu dengan baik,
e)
Once they start doing it, they realize that it’s going to take them a long
time to do it right,
f)
Mereka juga akan mulai menyadari bahwa tidak ada cara yang ‘benar’ untuk
melakukan itu.
Konvergensi
media tidak hanya pergeseran teknologi atau proses teknologi, namun juga
termasuk pergeseran dalam paradigma industri, budaya, dan sosial yang mendorong
konsumen untuk mencari informasi baru. Konvergensi media terjadi dengan melihat
bagaimana individu berinteraksi dengan orang lain pada tingkat sosial dan
menggunakan berbagai platform media untuk menciptakan pengalaman baru,
bentuk-bentuk baru media dan konten yang menghubungkan kita secara sosial, dan
tidak hanya kepada konsumen lain, tetapi untuk para produsen perusahaan media.
Gerakan
konvergensi media tumbuh secara khusus dari munculnya Internet
dan digitalisasi informasi.
Konvergensi media ini menyatukan 3C yaitu computing (memasukkan data
melalui komputer), communication (komunikasi), dan content
(materi isi/ konten). Teori konvergensi media yang diteliti oleh Henry Jenkins
pada tahun 2006,
menyatakan bahwa konvergensi media merupakan proses yang terjadi sesuai dengan
perkembangan budaya
masyarakat.
Munculnya
fenomena konvergensi media ini, memaksa media konvensional melebarkan sayap dan
masuk kedalam
jaringan internet untuk dapat mempertahankan atau memperluas
bisnisnya. Jurnalisme
konvergensi melibatkan kerjasama antara jurnalis media cetak,
media siar, dan media Web
(daring)
untuk menghasilkan berita terbaik yang dimungkinkan, dengan menggunakan
berbagai sistem penyampaian. Hal ini menyebabkan berkembangnya media konvensional menjadi
digital.
Di dunia,
contoh bentuk diversifikasi media dari
bentuk konvensionalnya menjadi bentuk digitalnya terdapat pada contoh berikut:
Liputan 6
(Program acara berita di televisi)||Situs Liputan
6 (www.liputan6.com) |- | TIME (Majalah berita Amerika Serikat)||Situs Majalah TIME (www.time.com/time) |-
| Trax FM
(Radio swasta di Indonesia)||Radio online
Trax FM (www.traxonsky.com) |- | Media
Indonesia (Surat kabar Indonesia)||Surat kabar
digital (epaper.mediaindonesia.com) |- | House (serial televisi) (Program serial
televisi)||Televisi online
(http://www.fox.com/house/) | |}
Aplikasi teknologi komunikasi
terbukti mampu menjembatani jalur transportasi pengiriman informasi media
kepada khalayaknya.Akibatnya muncul jurnalisme
online yang membuat wartawan untuk terus-menerus memperbaharui informasi yang
mereka tampilkan seiring dengan temuan-temuan baru di lapangan. Dalam konteks
ini, konsekuensi lanjutnya adalah berkurangnya fungsi editor dari sebuah
lembaga pers
karena wartawan
relatif mempunyai kebebasan untuk segera memasukan informasi baru tanpa
terkendala lagi oleh mekanisme kerja lembaga pers konvensional yang relatif
panjang.